KEKURANGAN TAK SELAMANYA MEMBUAT TERPURUK
Tak tahu harus bagaimana lagi, tak tahu juga untuk berbuat apa. Gambar itu telah dihapus untuk yang sekian kalinya. Renata mulai sebal dan meninggalkan semuanya begitu saja. Sebenarnya ia sangat hobi dan suka menggambar, namun hari ini ia sedang tidak fokus untuk menggambar. Dia masih memikirkan perkataan Lena yang sanggat menyinggung hatinya.
" Dasar cacat, nyusahin lagi! "
" Dasar cacat, nyusahin lagi "
kata-kata itu sampai malam ini masih terbayang-bayang dalam pikiran Renata. Dia sadar, dia cacat. tapi bisakan Lena tak mengeluarkan perkataan itu dari mulutnya hanya karena Renata tak sengaja menabraknya.
Renata memang mempunyai kelemahan, kaki kanannya diamputasi setelah ia mengalami kecelakan bersama pacarnya sekitar 2 tahun yang lalu. Ketika mengetahui Renata harus di amputasi, pacarnya meninggalkannya begitu saja. Namun itu semua telah menjadi masa lalunya, meskipun sampai sekarang ia belum bisa melupakannya begitu saja dan karena kekurangannya ia berfikir cowok mana yang suka dengan cewek cacat. Sehingga ia memilih untuk tidak mencintai siapapun.
Dulu sebelum ia cacat, ia sangat dikagumi banyak laki-laki, keramahannya, kelincahannya dalam berbicara serta di imbangi postur yang tinggi dan wajahnya yang blasteran antara jawa dan kanada serta bola matanya yang berwarna coklat. Namun setelah kejadian itu, tak ada seorang pun yang mau berteman dengannya. Satu-satunya orang yang dapat mengerti dia hanya kakaknya yaitu Reyhan. Dia orang yang dapat mengerti dan sangat perhatian dengan Renata. Reyhan yang selalu mengajaknya pergi disaat ia jenih, Reyhan yang selalu mengantarnya ketika Renata membutuhkan sesuatu untuk dibeli.
Siang itu, cuaca begitu panas tetapi Renata masih duduk di kursi kayu halaman sekolah. sambil memegang sebuah pensil 2b dan secarik kertas, ia menggoreskan garis demi garis di dalam kertas itu. Renata memang suka sekali duduk disitu, selain nyaman tempat itu akan tetap teduh meskipun terik matahari begitu terlihat menerpa semua tempat. Tanpa ia sadari seorang laki-laki berjalan dari arah kantin dan kemudian duduk di samping Renata.
" Hey, kamu Renata ya " tanya lelaki itu.
Dengan gugup renata menjawab " iya ".
" Kenapa kamu sendirian disini, kenapa enggak sama temen-temen kamu? " tanyanya kembali.
" Enggak, makasih " jawab Renata singkat.
" Oh iya, kenalin aku Dio " sambil menjulurkan tangannya kepada Renata.
Kemudian Renata pun menjulurkan tangannya sambil tersenyum dan berkata " Renata ".
Di saat itu juga datang Reyhan, " Ren, ayo kita pulang! " ucapnya sambil berjalan ke arah Renata.Kemudian Renata mencoba berdiri dan tanpa disadari Dio membantunya berdiri.
" Makasih, aku pulang dulu ya " ucap Renata sebelum berjalan meninggalkan Dio dan Dio pun hanya tersenyum.
Sambil berbaring di kasurnya yang empuk dan nyaman, Renata tersenyum sendiri dan membayangkan kejadian tadi di halaman sekolah. Ia tak menyangkan ada seorang cowok bertubuh tegap, tinggi, putih dan dikagumi banyak cewek mau berbicara dengannya. Padahal selama ini tak ada satupun temannya yang mau berbicara kepadanya. Tiba-tiba Reyhan datang tanpa mengetuk pintu.
" Ciiiee, adik gue senyum-senyum sendiri. Kayaknya lagi kasmaran nih! " sindiran Reyhan.
" Apa sih lo kak! ngaco deh " jawabnya sambil menyembunyikan semuanya.
" Terus kenapa tadi senyum-senyum sendiri? " ucap Reyhan yang mencoba memojokkan Renata.
" Siapa yang senyum-senyum sendiri. Enggak kok! " jawabnya yang masih saja menyembunyikan.
" Udah deh Ren, lo gak bakalan bisa nyembunyi'in sesuatu dari gue. Pasti karena cowok tadi kan? " tebak Reyhan.
" Iya " kata Renata sambil tersenyum.
" Lo suka sama dia?" tanya Reyhan.
" Enggak tahu, cuman enggak nyangka aja dia ngajakin kenalan " ucap Renata.
" Yakin?? " desak Reyhan.
" Iya, udah deh kak! gak mungkin juga dia suka sama cewek cacat kayak aku! " jawabnya dengan nada lebih tinggi.
" Kok km ngomong gitu sih! " kata Reyhan yang sontrak perkataan Renata membuat ia merasa kasihan terhadap adik semata wayangnya.
Renata pun berpura-pura tidur dan beberapa menit kemudian Reyhan pergi.
Hari pensi pun tiba, tepat tanggal 12 oktober sekolahnya mengadakan berbagai acara dan mendatangkan beberapa grup bend ternama. Malam itu Renata datang bersama kakaknya. Awalnya Renata tak ingin datang namun karena Reyhan memaksa dan menemaninya, akhirnya Renata mau untuk datang. Renata begitu senang, ia seperti tak mempunyai beban. Dilihatnya teman-teman yang sedang asik berbicara, berfoto-foto. Namun banyak yang melambai-lambaikan tangan ke arah panggung. Renata dan Reyhan mencoba mendekat, dilihatnya Dio yang sedang bernyanyi dengan alunan suaranya yang lembut dan merdu. Renata pun tak henti memandangi Dio yang malam ini sangat tampan.
" Ren, itukan temen lo yang waktu itu... " tanya Reyhan yang kemudian diputus ucapannya oleh Renata.
" Iya " jawabnya singkat.
Itu semua tak berlangsung lama, Renata telat melihat penampilan Dio, sehingga hanya sebentar ia melihatnya. Kemudian Renata mengajak Reyhan duduk ditempat biasa ia menenangkan diri. Dimana lagi kalo enggak di taman halaman sekolah. Mereka berjalan dan tiba-tiba Dio memegang pundak Renata dari belakang sambil berkata " Ren!". Mereka berdua pun menghentikan jalannya.
" Iya" jawab Renata.
" Kamu ternyata dateng juga? " tanya Dio. Renata pun hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum.
" Gimana kalo kita duduk aja disana? " saran Reyhan.
" Oke " jawab Dio.
Mereka bertiga saling mengobrol dan akhirnya Reyhan pun mengenal Dio. Tiba-tiba handpone Reyhan berbunyi dan ternyata telpon dari pacarnya.
" Kenapa kak? " tanya Renata.
" Gue harus jemput Nina sekarang nih Ren, jadi kita harus pulang " Ucapnya.
" Yaaaah " bilangnya sedikit kecewa.
" Kalo kamu masih pengen disini. Gimana kalo kamu pulang sama aku, nanti aku anterin deh " saran Dio.
" Aku sih mau, cuman itu kakak gue " ucap Renata sambil menoleh ke arah Reyhan.
" Yaudah kalo mau lo gitu, jaga adik gue ya bro " jawab Reyhan sambil menepuk pundak Dio.
" Oke bro, tenana aja " jawab Dio yang saat itu Reyhan berjalan meninggalkan mereka berdua.
Mereka berdua melanjutkan mengobrol. Mereka begitu asik dan sekarang Dio menjadi lebih tahu tentang pribadi Renata. Dio sadar, Renata itu asik, ramah, apalagi saat tersenyum, sangat manis. Apalagi saat Renata bercerita tentang masa lalunya, Dio merasa terenyuh dan enggak nyangka Renata setegar itu dalam menyikapi masalahnya. Dio menjadi kagum dengan Renata dan ia muli care dengan Renata.
" Dio, kamu mau pulang kapan? " tanya Renata.
" Kamu mau pulang sekarang Ren? " Dio balik bertanya.
" Iya nih, udah malem juga " jawabnya.
" Yaudah, ayo kita pulang " ucapnya dan kemudian membantu Renata berdiri dan menggandengnya berjalan.
Semua orang yang ada di pensi begitu heran melihat mereka berdua, namun Dio menghiraukannya. Kemudian mereka berdua masuk dalam honda jazz merah dan seketika meninggalkan pensi yang hampir selesai.
" Makasih ya udah nganterin? " ucap Renata saat ia telah keluar dari mobil Dio.
" iya, sama-sama. Aku duluan ya! " ucapnya dengan senyum kearah Renata.
Setelah obrolan mereka malam itu. Gini mereka berdua menjadi akrab dan benih-benih cinta pun mulai mendatangi hati mereka. Hingga di suatu hari, mereka berdua berada di suatu danau yang airnya jernih dan udaranya pun sejuk. Dio mencoba mengutarakan.
" Ren, apakah telah ada seseorang di hatimu? " tanya Dio dengan sedikit ragu-ragu.
" Mengapa kamu bertanya seperti itu? " tanya balik Renata.
" Jujur, semua telah ku pendam begitu lama. Kamu begitu baik, ramah dan tegar sampai aku kagum denganmu. Awalnya aku kira kamu itu cuek, pendiam, sukanya menyendiri. Tetapi dugaanku salah, kamu begitu asik. Dan semua itu membuatku ada rasa lebih untukmu. Ren, apakah kamu mau berada disisiku, mendampingiku untuk selamanya? " perasaan Dio yang selama ini ia pendam.
Renata tak menyangka akan ada seseorang yang mencintainya, namun disisi lain..
" Dio, kamu bercanda kan? " jawab Renata sambil tertawa.
" Ren, aku serius untuk kali ini " ucapnya sambil menatap Renata.
" Gak mungkin, gak mungkiin !! " katanya sambil mencoba berdiri dan berjalan secepat mungkin meninggalkan Dio.
" Renata!".
" Ren, tunggu! kenapa kamu pergi! " ucapnya sambil berlari mengejar Renata.
Dio pun memegang tangan Renata agar Renata tak lari lagi.
" Dioooo! lo udah gila ya, mana mungkin sih kamu suka sama cewek cacat seperti aku ini!" ucap Renata dengan nada tinggi dengan air mata yang telah bercucuran dan mencoba melepaskan tangannya dari genggaman tangan Dio.
" Iya, aku memang udah gila Ren.Cintamu membuatku gila sampai seperti ini Ren! " ucapnya dengan nada tinggi juga.
" Tapi aku gak bisa Dio, aku gak bisa! " ucapnya dan meninggalkan Dio sendirian.
Sesampainya di halaman rumah, Renata mencoba berjalan lebih cepat dengan alat bantunya. Disaat itu juga Reyhan sedang menonton TV di ruang tengah. Rehan pun seketika terkejut melihat adiknya berlali kesusahan sambil menangis. Reyhan pun menghampiri adik semata wayangnya dengan tergesa-gesa.
" Renata kamu kenapa? " tanya Reyhan dengan nada rendah.
Renata langsung memeluk kakaknya dan tak menjawab apa-apa. Begitu lama Renata di pelukan kakaknya hingga tanpa Reyhan sadari Renata tertidur lelap. Memang sudah biasa Renata begitu jikalau mempunyai masalah.
Reyhan pun turun dan berpikir mengapa Renata sampai terisak-isak seperti itu. Dilihatnya dari jendela seorang laki-laki berdiri di halaman rumahnya dengan menyandarkan tubuhnya pada honda jazz merah. Ia mencoba menghambiri dan didekatinya.
" Dio, ngapain lo disini? " tanya Reyhan.
Dio pun menceritakan kejadian itu kepada Reyhan, setelah semuanya selesai Reyhan memahami semuanya.
" Bro, dia itu takut mencintai seseorang kembali. Apalagi semenjak dia harus menerima kakinya yang di amputasi. Dan dia berpikir tak akan ada seorang cowok yang bakalan bener-bener mencintainya " cerutu Reyhan.
" Gue tahu masalalunya. Tapi gue bener-bener mencintainya dengan tulus " jawab Dio
" Oke gue bantu lo " kata Reyhan.
Dio masih menunggu Renata bangun, dengan ditemani Reyhan dan secangkir kopi Dio mencoba bersabar.
" Gue keatas dulu ya bro! " kata Reyhan sambil berjalan ke kamar Renata.
Reyhan perlahan-lahan membuka pintu dan ternyata Renata udah bangun dari tidurnya.
" Udah bangun Ren? " tanya Reyhan.
" Iya, udah " jawab Renata.
Reyhan mencoba mendekati Renata dan duduk disampingnya.
" Ren, di bawah ada Dio tu " ucapnya perlahan-lahan dan ragu.
" Bilang aja gue enggak ada " jawabnya cuek.
" Udah deh Ren, gue tahu lo juga suka kan sama Dio. Tadi dia udah cerita semuanya ke gue. Dia juga bilang kalo di tulus mencintai lo " kata Reyhan yang berusaha meyakinkan Renata.
" Gak mungkin! " jawab Renata yang mulai sebal.
" Yang penting lo temuin dia dulu gih, soalnya dia udah nunggu berjam-jam " ucap Reyhan.
Mau gak mau Renata harus turun dan menemui Dio. Renata perlahan-lahan turun dan mereka berdua berbicara dari hati ke hati.
" Ren, aku beneran sayang sama kamu. Aku tahu kamu takut buat jatuh cinta lagi. Tapi aku suka kamu bukan dari fisik Ren. Aku tulus mencintaimu dari sifatmu, sikapmu Ren. Percaya sama aku " ucap Dio yang berusaha meyakinkan Renata.
" Tapi Dio, kamu bisa dapetin cewek lain yang lebih cantik dan sempurna dari aku " saran Renata.
" Semua orang gak ada yang sempurna Ren. begitu juga dengan aku, pasti aku juga punya kekurangan! " masih berusaha meyakinkan Renata.
" Tapi Dio... " ucap Renata.
" Yakin lah Renata. Aku akan selalu ada buat kamu dan akupun menerima apa adanya dirimu. Dan aku janji gak akan membuatmu terluka " cerutu Dio.
Akhirnya Renata pun menerima penjelasan Dio dan Renata menerima Dio disampingnya. Renata pun sadar bahwa cinta tak selamanya datang dari fisik, cinta juga bisa datang dari hati. Dan cinta dari hati yang tuluslah yang dapat membuat seseorang menerima pasangannya secara apa adanya. Fisik tak selamanya akan sempurna, suatu saat fisik akan berubah karena masa tuanya. Tetapi sebaliknya dengan hati, sikap dan sifat, tetap abadi dan tak akan berubah jikalau mau menjaganya.