Jumat, 27 Desember 2013

(Cerpen)

KEKURANGAN TAK SELAMANYA MEMBUAT TERPURUK

 
           Tak tahu harus bagaimana lagi, tak tahu juga untuk berbuat apa. Gambar itu telah dihapus untuk yang sekian kalinya. Renata mulai sebal dan meninggalkan semuanya begitu saja. Sebenarnya ia sangat hobi dan suka menggambar, namun hari ini ia sedang tidak fokus untuk menggambar. Dia masih memikirkan perkataan Lena yang sanggat menyinggung hatinya. 
" Dasar cacat, nyusahin lagi! " 
" Dasar cacat, nyusahin lagi "
kata-kata itu sampai malam ini masih terbayang-bayang dalam pikiran Renata. Dia sadar, dia cacat. tapi bisakan Lena tak mengeluarkan perkataan itu dari mulutnya hanya karena Renata tak sengaja menabraknya. 
Renata memang mempunyai kelemahan, kaki kanannya diamputasi setelah ia mengalami kecelakan bersama pacarnya sekitar 2 tahun yang lalu. Ketika mengetahui Renata harus di amputasi, pacarnya meninggalkannya begitu saja. Namun itu semua telah menjadi masa lalunya, meskipun sampai sekarang ia belum bisa melupakannya begitu saja dan karena kekurangannya ia berfikir cowok mana yang suka dengan cewek cacat. Sehingga ia memilih untuk tidak mencintai siapapun. 
Dulu sebelum ia cacat, ia sangat dikagumi banyak laki-laki, keramahannya, kelincahannya dalam berbicara serta di imbangi postur yang tinggi dan wajahnya yang blasteran antara jawa dan kanada serta bola matanya yang berwarna coklat. Namun setelah kejadian itu, tak ada seorang pun yang mau berteman dengannya. Satu-satunya orang yang dapat mengerti dia hanya kakaknya yaitu Reyhan. Dia orang yang dapat mengerti dan sangat perhatian dengan Renata. Reyhan yang selalu mengajaknya pergi disaat ia jenih, Reyhan yang selalu mengantarnya ketika Renata membutuhkan sesuatu untuk dibeli. 
        Siang itu, cuaca begitu panas tetapi Renata masih duduk di kursi kayu halaman sekolah. sambil memegang sebuah pensil 2b dan secarik kertas, ia menggoreskan garis demi garis di dalam kertas itu. Renata memang suka sekali duduk disitu, selain nyaman tempat itu akan tetap teduh meskipun terik matahari begitu terlihat menerpa semua tempat. Tanpa ia sadari seorang laki-laki berjalan dari arah kantin dan kemudian duduk di samping Renata.
" Hey, kamu Renata ya " tanya lelaki itu.
Dengan gugup renata menjawab " iya ".
" Kenapa kamu sendirian disini, kenapa enggak sama temen-temen kamu? " tanyanya kembali. 
" Enggak, makasih " jawab Renata singkat.
" Oh iya, kenalin aku Dio " sambil menjulurkan tangannya kepada Renata.
Kemudian Renata pun menjulurkan tangannya sambil tersenyum dan berkata " Renata ". 
Di saat itu juga datang Reyhan, " Ren, ayo kita pulang! " ucapnya sambil berjalan ke arah Renata.Kemudian Renata mencoba berdiri dan tanpa disadari Dio membantunya berdiri. 
" Makasih, aku pulang dulu ya " ucap Renata sebelum berjalan meninggalkan Dio dan Dio pun hanya tersenyum.
        Sambil berbaring di kasurnya yang empuk dan nyaman, Renata tersenyum sendiri dan membayangkan kejadian tadi di halaman sekolah. Ia tak menyangkan ada seorang cowok bertubuh tegap, tinggi, putih dan dikagumi banyak cewek mau berbicara dengannya. Padahal selama ini tak ada satupun temannya yang mau berbicara kepadanya. Tiba-tiba Reyhan datang tanpa mengetuk pintu.
" Ciiiee, adik gue senyum-senyum sendiri. Kayaknya lagi kasmaran nih! " sindiran Reyhan.
" Apa sih lo kak! ngaco deh " jawabnya sambil menyembunyikan semuanya.
" Terus kenapa tadi senyum-senyum sendiri? " ucap Reyhan yang mencoba memojokkan Renata.
" Siapa yang senyum-senyum sendiri. Enggak kok! " jawabnya yang masih saja menyembunyikan.
" Udah deh Ren, lo gak bakalan bisa nyembunyi'in sesuatu dari gue. Pasti karena cowok tadi kan? " tebak Reyhan.
" Iya " kata Renata sambil tersenyum.
" Lo suka sama dia?" tanya Reyhan.
" Enggak tahu, cuman enggak nyangka aja dia ngajakin kenalan " ucap Renata.
" Yakin?? " desak Reyhan.
" Iya, udah deh kak! gak mungkin juga dia suka sama cewek cacat kayak aku! " jawabnya dengan nada lebih tinggi.
" Kok km ngomong gitu sih! " kata Reyhan yang sontrak perkataan Renata membuat ia merasa kasihan terhadap adik semata wayangnya.
Renata pun berpura-pura tidur dan beberapa menit kemudian Reyhan pergi.
        Hari pensi pun tiba, tepat tanggal 12 oktober sekolahnya mengadakan berbagai acara dan mendatangkan beberapa grup bend ternama. Malam itu Renata datang bersama kakaknya. Awalnya Renata tak ingin datang namun karena Reyhan memaksa dan menemaninya, akhirnya Renata mau untuk datang. Renata begitu senang, ia seperti tak mempunyai beban. Dilihatnya teman-teman yang sedang asik berbicara, berfoto-foto. Namun banyak yang melambai-lambaikan tangan ke arah panggung. Renata dan Reyhan mencoba mendekat, dilihatnya Dio yang sedang bernyanyi dengan alunan suaranya yang lembut dan merdu. Renata pun tak henti memandangi Dio yang malam ini sangat tampan.
" Ren, itukan temen lo yang waktu itu... " tanya Reyhan yang kemudian diputus ucapannya oleh Renata. 
" Iya " jawabnya singkat.
Itu semua tak berlangsung lama, Renata telat melihat penampilan Dio, sehingga hanya sebentar ia melihatnya. Kemudian Renata mengajak Reyhan duduk ditempat biasa ia menenangkan diri. Dimana lagi kalo enggak di taman halaman sekolah. Mereka berjalan dan tiba-tiba Dio memegang pundak Renata dari belakang sambil berkata " Ren!". Mereka berdua pun menghentikan jalannya. 
" Iya" jawab Renata.
" Kamu ternyata dateng juga? " tanya Dio. Renata pun hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum.
" Gimana kalo kita duduk aja disana? " saran Reyhan.
" Oke " jawab Dio.
Mereka bertiga saling mengobrol dan akhirnya Reyhan pun mengenal Dio. Tiba-tiba handpone Reyhan berbunyi  dan ternyata telpon dari pacarnya.
" Kenapa kak? " tanya Renata.
" Gue harus jemput Nina sekarang nih Ren, jadi kita harus pulang " Ucapnya.
" Yaaaah " bilangnya sedikit kecewa.
" Kalo kamu masih pengen disini. Gimana kalo kamu pulang sama aku, nanti aku anterin deh " saran Dio.

" Aku sih mau, cuman itu kakak gue " ucap Renata sambil menoleh ke arah Reyhan.
" Yaudah kalo mau lo gitu, jaga adik gue ya bro " jawab Reyhan sambil menepuk pundak Dio.
" Oke bro, tenana aja " jawab Dio yang saat itu Reyhan berjalan meninggalkan mereka berdua.
         Mereka berdua melanjutkan mengobrol. Mereka begitu asik dan sekarang Dio menjadi lebih tahu tentang pribadi Renata. Dio sadar, Renata itu asik, ramah, apalagi saat tersenyum, sangat manis. Apalagi saat Renata bercerita tentang masa lalunya, Dio merasa terenyuh dan enggak nyangka Renata setegar itu dalam menyikapi masalahnya. Dio menjadi kagum dengan Renata dan ia muli care dengan Renata.
" Dio, kamu mau pulang kapan? " tanya Renata.
" Kamu mau pulang sekarang Ren? " Dio balik bertanya.
" Iya nih, udah malem juga " jawabnya.
" Yaudah, ayo kita pulang " ucapnya dan kemudian membantu Renata berdiri dan menggandengnya berjalan.
Semua orang yang ada di pensi begitu heran melihat mereka berdua, namun Dio menghiraukannya. Kemudian mereka berdua masuk dalam honda jazz merah dan seketika meninggalkan pensi yang hampir selesai.
" Makasih ya udah nganterin? " ucap Renata saat ia telah keluar dari mobil Dio.
" iya, sama-sama. Aku duluan ya! " ucapnya dengan senyum kearah Renata.
        Setelah obrolan mereka malam itu. Gini mereka berdua menjadi akrab dan benih-benih cinta pun mulai mendatangi hati mereka. Hingga di suatu hari, mereka berdua berada di suatu danau yang airnya jernih dan udaranya pun sejuk. Dio mencoba mengutarakan.
" Ren, apakah telah ada seseorang di hatimu? " tanya Dio dengan sedikit ragu-ragu.
" Mengapa kamu bertanya seperti itu? " tanya balik Renata.
" Jujur, semua telah ku pendam begitu lama. Kamu begitu baik, ramah dan tegar sampai aku kagum denganmu. Awalnya aku kira kamu itu cuek, pendiam, sukanya menyendiri. Tetapi dugaanku salah, kamu begitu asik. Dan semua itu membuatku ada rasa lebih untukmu. Ren, apakah kamu mau berada disisiku, mendampingiku untuk selamanya? " perasaan Dio yang selama ini ia pendam. 
Renata tak menyangka akan ada seseorang yang mencintainya, namun disisi lain..
" Dio, kamu bercanda kan? " jawab Renata sambil tertawa.
" Ren, aku serius untuk kali ini " ucapnya sambil menatap Renata.
" Gak mungkin, gak mungkiin !! " katanya sambil mencoba berdiri dan berjalan secepat mungkin meninggalkan Dio.  
" Renata!".
" Ren, tunggu! kenapa kamu pergi! " ucapnya  sambil berlari mengejar Renata.
Dio pun memegang tangan Renata agar Renata tak lari lagi.
" Dioooo! lo udah gila ya, mana mungkin sih kamu suka sama cewek cacat seperti aku ini!" ucap Renata dengan nada tinggi dengan air mata yang telah bercucuran dan mencoba melepaskan tangannya dari genggaman tangan Dio.
" Iya, aku memang udah gila Ren.Cintamu membuatku gila sampai seperti ini Ren! " ucapnya dengan nada tinggi juga.
" Tapi aku gak bisa Dio, aku gak bisa! " ucapnya dan meninggalkan Dio sendirian. 
            Sesampainya di halaman rumah, Renata mencoba berjalan lebih cepat dengan alat bantunya. Disaat itu juga Reyhan sedang menonton TV di ruang tengah. Rehan pun seketika terkejut melihat adiknya berlali kesusahan sambil menangis. Reyhan pun menghampiri adik semata wayangnya dengan tergesa-gesa.
" Renata kamu kenapa? " tanya Reyhan dengan nada rendah.
Renata langsung memeluk kakaknya dan tak menjawab apa-apa. Begitu lama Renata di pelukan kakaknya hingga tanpa Reyhan sadari Renata tertidur lelap. Memang sudah biasa Renata begitu jikalau mempunyai masalah.
Reyhan pun turun dan berpikir mengapa Renata sampai terisak-isak seperti itu. Dilihatnya dari jendela seorang laki-laki berdiri di halaman rumahnya dengan menyandarkan tubuhnya pada honda jazz merah. Ia mencoba menghambiri dan didekatinya.
" Dio, ngapain lo disini? " tanya Reyhan.
Dio pun menceritakan kejadian itu kepada Reyhan, setelah semuanya selesai Reyhan memahami semuanya.
" Bro, dia itu takut mencintai seseorang kembali. Apalagi semenjak dia harus menerima kakinya yang di amputasi. Dan dia berpikir tak akan ada seorang cowok yang bakalan bener-bener mencintainya " cerutu Reyhan.
" Gue tahu masalalunya. Tapi gue bener-bener mencintainya dengan tulus " jawab Dio
" Oke gue bantu lo " kata Reyhan.
           Dio masih menunggu Renata bangun, dengan ditemani Reyhan dan secangkir kopi Dio mencoba bersabar. 
" Gue keatas dulu ya bro! " kata Reyhan sambil berjalan ke kamar Renata.
Reyhan perlahan-lahan membuka pintu dan ternyata Renata udah bangun dari tidurnya.
" Udah bangun Ren? " tanya Reyhan.
" Iya, udah " jawab Renata.
Reyhan mencoba mendekati Renata dan duduk disampingnya.
" Ren, di bawah ada Dio tu " ucapnya perlahan-lahan dan ragu.
" Bilang aja gue enggak ada " jawabnya cuek.
" Udah deh Ren, gue tahu lo juga suka kan sama Dio. Tadi dia udah cerita semuanya ke gue. Dia juga bilang kalo di tulus mencintai lo " kata Reyhan yang berusaha meyakinkan Renata.
" Gak mungkin! " jawab Renata yang mulai sebal.
"  Yang penting lo temuin dia dulu gih, soalnya dia udah nunggu berjam-jam " ucap Reyhan.
Mau gak mau Renata harus turun dan menemui Dio. Renata perlahan-lahan turun dan mereka berdua berbicara dari hati ke hati.
" Ren, aku beneran sayang sama kamu. Aku tahu kamu takut buat jatuh cinta lagi. Tapi aku suka kamu bukan dari fisik Ren. Aku tulus mencintaimu dari sifatmu, sikapmu Ren. Percaya sama aku " ucap Dio yang berusaha meyakinkan Renata.
" Tapi Dio, kamu bisa dapetin cewek lain yang lebih cantik dan sempurna dari aku " saran Renata.
" Semua orang gak ada yang sempurna Ren. begitu juga dengan aku, pasti aku juga punya kekurangan! " masih berusaha meyakinkan Renata.
" Tapi Dio... " ucap Renata.
" Yakin lah Renata. Aku akan selalu ada buat kamu dan akupun menerima apa adanya dirimu. Dan aku janji gak akan membuatmu terluka " cerutu Dio.
          Akhirnya Renata pun menerima penjelasan Dio dan Renata menerima Dio disampingnya. Renata pun sadar bahwa cinta tak selamanya datang dari fisik, cinta juga bisa datang dari hati. Dan cinta dari hati yang tuluslah yang dapat membuat seseorang menerima pasangannya secara apa adanya. Fisik tak selamanya akan sempurna, suatu saat fisik akan berubah karena masa tuanya. Tetapi sebaliknya dengan hati, sikap dan sifat, tetap abadi dan tak akan berubah jikalau mau menjaganya.
 
 

Kamis, 26 Desember 2013

( CERPEN )



 Penyesalan Bunga Suci

 

    Setangkai mawar putih yang layu. Terlihat begitu lesu, tak bertenaga, bahkan kilauan warnanya pun telah berubah menjadi kecoklatan. Bagaikan barang tak berguna. Bukan jalannya memilih sendiri dengan kesedihannya. Tetapi ia merasa tak berguna dengan keadaannya saat ini. Layaknya Maulin, seorang gadis berkulit putih, berambut panjang, tinggi sekitar 160 cm. Sekarang ini ia terlihat lebih kurus, lesu. Saat ini banyak pikiran yang ada di mustakanya. Banyak permasalahan yang harus ia hadapi, terutama kisah cintanya yang telah kandas. 
Dahulu, waktu ia duduk di SMA. Ia pernah berpacaran dengan seorang cowok yang tinggi dan berkulit kuning langsat. meskipun bawel namun tipe cowok setia. Dia adalah Titan, ketua tim basket SMA Mitra Kasih. Mereka berdua memang beda sekolah. Waktu itu Maulin memutuskan untuk meneruskan sekolahnya di SMA Nusa 1. Dari sebuah pertandingan basket antara SMA Mitra Kasih dan SMA Nusa 1 lah mereka bertemu dan mencoba lebih mengenal.
Waktu itu, Nadia teman dekat Maulin yang super duper cerewet dengan sikap feminimnya. Mengajak Maulin menonton pertandingan basket. Awalnya Maulin tak ingin pergi melihatnya, ia lebih suka di kamar dengan petikan suara gitarnya. Namun, Nadia memaksa untuk menemaninya. Akhirnya Maulin menuruti kemauan teman dekatnya itu. Sesampainya disana, Maulin hanya duduk terdiam, karena dalam hatinya sebal dan tak tertarik melihat pertandingan basket kali ini. Entah mengapa hari ini ia sangat bete. Saat ia asik dengan gadget nya, suara Nadia menghancurkan moodnya. 
" Aulin, lihat deh. Pertandingannya hampir mulai " katanya sambil mengguncang pundak Maulin. 
" Kenapa sih Nad, biasa aja " jawab Maulin. 

" Lo tu kenapa sih! setiap gue ajak liat pertandingan basket. selaluuu... aja muka lo cemberut " tanya Nadia yang mulai sebal. 

" Bukannya gitu Nad, gue suka kok liat pertandingan ini. Seru! " perkataan Maulin yang berbalik arah dengan hatinya. 
Nadia pun merasa senang, sebalnya pun mereda.
Maulin tetap asik dengan gadget nya, sedangkan Nadia berteriak " Natan! Natan! Natan! " dengan sporter lainnya yang kagum dengan kelincahan ketua tim basket SMA Nusa 1. Lama-lama Maulin merasa bosan, ia pun memutuskan untuk mengalihkan sorot pandangannya pada lapangan basket. Ia mulai asik ikut berteriak setiap tim basket SMA Nusa 1 memasukkan bola ke ring basket. Tiba-tiba ia menyadari, bahwa Titan teman SMP nya ikut dalam pertandingan basket. Ia pun terdiam sejenak dan mulai berteriak kembali. 

Pertandingan pun selesai, untuk kali ini SMA Nusa 1 kalah dengan kehadirannya Titan di SMA Mitra Kasih. Nadia dan Maulin berjalan keluar dengan sedikit kecewa. Namun setelah mereka membeli ice cream di kantin, suasana hati mereka mulai membaik dan mereka tertawa dengan puasnya tanpa tahu bahwa di belakangnya ada Titan. 

" Sudah lama ya Mey kita gak ketemu " suara laki-laki yang menggertakkan hati Maulin.

Tanpa langsung menoleh ke belakang, Maulin malah berfikir bagaimana dia tau nama panggilan Ku saat SMP dan kemudian ia baru menoleh ke belakang.
Dengan gugupnya Maulin menjawab " Haha, iya Tan. Lama banget ".

 " Gimana kabar lo Mey, ternyata penampilan lo masih sama aja. Apa adanya " tanya Titan sambil mengingat memori waktu SMP. 

" Kabar gue baik baik aja. Lo sendiri? " jawab Maulin dengan ekspresi kebingungan.

 " Baik. Gue duluan ya Mey! " balas Titan dengan berjalan meninggalkan kantin.
Beberapa waktu Maulin masih terdiam untuk menghilangkan kegugupannya. Tiba tiba terdengar suara

" Aulin, lo gak papa kan? " tanya Nadia yang mengagetkan Maulin.

" Gue gak papa " jawab Maulin sesingkat mungkin. 

" Cowok itu Titan kan? ketua tim basket SMA Mitra Kasih. Kok lo bisa kenal sih? " tanya Nadia dengan ke kepoannya. 

" Dia temen gue SMP. Ayo, kita pulang! " jawab Maulin sambil berjalan pulang.  

Di malam harinya, begitu kepikirannya Maulin dengan kejadian di kantin.Ia tak menyadari bahwa Titan yang dulu tak pernah menyapanya, tiba-tiba menyapa dengan akrab dan pada saat itu juga gadget yang di genggamnya berbunyi. Tertera sebuah sms dari Titan.  
Memang mereka terkadang saling berkomunikasi, namun hanya lewat dunia maya,dan bila bertemupun hanya saling pandang.

" Gimana Mey dengan sekolah mu yang baru? " tanya Titan lewat sms. 

" Baik Tan " jawab Maulin. 

" Oh, bagus deh " balas Titan.
 
" iya " jawab Maulin yang tak enak hati jikalau tak membalasnya.  

Dan saat itu juga berakhir komunikasi antara Maulin dan Titan.

 Pagi harinya, Maulin berlari-lari menuju kelasnya yang berada di lantai 2, tepatnya di kelas 11 IPS 1. Maulin memang memilih jurusan IPS, karena ia ingin menjadi sekretaris di salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Dengan nafas yang tak beraturan Maulin segera duduk di bangkunya yang tepat di samping Nadia.

“ Kebiasan deh, pasti lo berangkat terlambat “ sindir Nadia setiap harinya.

“ Bilang aja deh Nad, kalo lo sirik sama gue. Iya kan? “ jawab Maulin dengan senyuman dan bercandanya.

Namun di depan pintu telah datang Pak Budiman yang super duper disiplin. Sehingga membuat Nadia memutuskan untuk tidak menjawab. Mereka pun segera mempersiapkan diri untuk memperhatikan dan mendengarkan materi yang di sampaikan, begitu juga sampai mata pelajaran yang terakhir. 15 menit kemudian bel berbunyi dan semua siswa SMA Nusa 1 keluar dari kelasnya. Begitu juga dengan Maulin yang berjalan keluar kelas sambil berusaha mencari gadget yang ada di dalam tasnya. Dibukanya dan terlihat sebuah SMS dari Titan.

“ Mey, gue tunggu lo di depan gerbang sekolah. (Titan) “.

Itulah SMS dari Titan yang membuat Maulin penasaran. Ia pun mempercepat langkah kakinya menuju gerbang. Dilihatnya dari kejauhan, seorang laki-laki yang duduk di atas motor Ninja hitam seperti menunggu seseorang. Maulin menduga bahwa laki-laki itu Titan. Sambil berjalan, Maulin berusaha mempertajam pengelihatannya pada laki-laki itu. Dan tak salah lagi bahwa laki-laki itu adalah Titan. Didekatinya Titan dan saat berhadapan Maulin mencoba bertanya.

“ Kenapa  Tan ? “ Tanyanya.

“ Naik!, ikut gue sekarang “ jawab Titan yang masih membuat penasaran Maulin.

Sambil mengerutkan kening, Maulin mencoba bertanya lagi “ Kita mau kemana ? “.

“ Udah ikut aja, gue gak bakalan ngapa-ngapain lo kok! “ jawabnya dengan santai.

Dengan perasaan ragu dan bingung, perlahan Maulin naik. Motorpun berjalan dengan kecepatan tinggi membawa mereka berdua ke arah kota. Maulin hanya terdiam dengan rambut yang terurai dan angin yang menerpa wajahnya yang bersih.Iia masih berpikir ingin diajak kemana dan ia menduka dibawa ke Taman yang berada di tengah kota.

       Dugaannya pun benar, Titan membawanya ke Taman yang biasa Maulin kunjungi bersama teman dekatnya waktu SMP. Mereka berjalan dengan Titan membawa dua buah kaleng minuman soda menuju kursi kayu yang berada di bawah pohon besar. Kemudian mereka berdua duduk dan seketika suasana hening. Hati Maulin masih dag dig dug sampai saat ini. Ia merasa gugup dengan situasi yang di hadapinya, karena baru petama kalinya ia jalan dengan Titan.
“ Ini buat lo “ dengan senyuman dan ramah Titan menyodorkan sebuah kaleng minuman soda .Kemudian tanpa ragu-ragu Maulin menerima dan ia mengucapkan terima kasih. Maulin pun membuka minuman kaleng itu karena dari tadi ia kehausan.

Dengan rasa canggung Maulin mencoba bertanya “ Kita ngapain sih Tan kesini ? “.

“ Bukannya ini tempat kesukaan lo Mey “ jawabnya.

“ Kok lo tahu sih Tan ? “ tanyanya kembali.

Dengan rasa penasaran Maulin terus berpikir bagaimana Titan tahu bahwa Taman ini tempat kesukaannya. Padahal ia tak pernah menceritakan kepada siapapun. 

Gue sering lihat lo sendirian disini sambil bawa gitar lo “ jawabnya singkat tetapi sontrak membuat Maulin terkejut. 

Maulin tak ingin bertanya lagi, ia memilih melihat suasana di Taman sambil melihat orang orang yang sedang berjalan, duduk, bahkan anak-anak yang sedang bermain. Tiba-tiba suara Titan membuyarkan pengelihatannya.

“ Mey, kamu bisa dengerin aku bentar gak ? “ tanya Titan.

“ Apa? “ balik tanya Maulin.

“ Aku suka sama kamu. Kamu mau gak jadi pacar ku? “ dengan wajah serius namun tenang, Titan berusaha mengungkapkan. 

Titan memang lebih suka to the point dalam berbagai hal. Ia tipe orang yang enggak suka banyak omong tetapi cerewet kalau sudah mengenalnya. Di samping itu Maulin tak menyangka bahwa Titan akan berbicara seperti itu. Memang ia pernah berangan-angan untuk menjadi pacar Titan, Maulin juga merasa care dan nyaman sama Titan. Dan itu yang membuat Maulin susah untuk merasakan pada diri laki-laki lain.

“ Harus di jawab sekarang ya Tan? “ Tanya Maulin ragu-ragu.

“ iya “ jawab Titan.

“ Mungkin saat ini aku belum tahu perasaan ku ke kamu itu perasaan cinta atau sekedar teman. Tetapi aku ngerasa care dan nyaman di saat aku sama kamu. Aku mau mencoba untuk mengetahui perasaan yang ku rasakan saat ini dan aku mau mencoba mencitai mu lebih dalam lagi. Jadi, apa kamu mau menerima semua ini? “ ucapnya sekaligus isi hati Maulin saat itu.

Sambil memegang kedua tangan Maulin dan menatap kedua bola mata Maulin, Titan berusaha untuk  meyakinkan hati  Maulin .

“ Sampai kapanpun aku akan sayang sama kamu Mey. Aku akan berusaha buat kamu lebih sayang lagi sama aku “ ucapnya.
Maulin merasa lebih yakin dan keduanya pun jadian. 

            Hari-hari Maulin tak sepi lagi, gini ada Titan yang selalu mendampinginya dan selalu ada di sampingnya. Pagi hari, Titan selalu mengantarnya ke sekolah begitu juga waktu pulang sekolah, Titan selalu menjemputnya. Namun hari ini Maulin memilih pulang bersama Nadia.

 “ Aulin, lo gak dijemput Titan? “ tanya Nadia dengan heran.

“ Enggak, Titan hari ini lagi sibuk sama tim basketnya “ jawab Maulin.

“ Bukannya lo biasa nemenin dia waktu latihan basket ? “ cerutu Nadia.

“ Iya, tadi malem gue bilang kalau hari ini gue gak nemenin dia dulu “ curhat Maulin dengan ekspresi santai.

Mereka melanjutkan berjalan ke halte. Sengaja hari ini Nadia tak membawa motor karena dia ingin naik busway. Jadi mau gak mau Maulin harus naik busway juga.
Semakin lama perasaan Maulin bertambah, ia merasa mulai ada benih-benih cinta dihatinya untuk Titan. Kesabaran, kebaikan, perhatian Titan kepadanya telah membuatnya menjadi lebih yakin. Apalagi kebersamaan mereka yang mungkin bisa di bilang tiap hari berdua. Membuat cinta itu menjadi tumbuh. Karena cinta datang dengan seiringnya waktu berjalan dan cinta datang karena terbiasa. Itulah yang menyatukan cinta mereka berdua. Titan sendiri merasa senang, perlahan-lahan ia dapat meluluhkan hati Maulin, bahkan Titan sering mengajak Maulin pergi untuk sekedar mengobrol ataupun belajar bersama. Titan juga ingin lebih tahu seperti apa pribadi Maulin yang sebenarnya. Dan ternyata Maulin bukan seorang cewek yang cuek, itu hanya covernya saja. Sebenarnya Maulin seorang cewek yang penyayang dan pengertian. 

            Dua tahun hubungan mereka berlalu, gini keduanya sudah tahu kebaikan maupun keburukan pasangannya. Namun cinta mereka tetap abadi sampai saat ini. Sekarang mereka berdua lebih dewasa dan sudah saatnya mereka meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Titan dan Maulin sudah bersekongkol untuk kuliah di Universitas yang sama yaitu Universitas Indonesia. Namun, angan-angan mereka tak berjalan dengan mulus, Titan harus meneruskan kuliahnya di USA. Titan tak dapat menolak bujukan bundanya, karena itu adalah salah satu wasiat dari ayahnya yang telah meninggal satu tahun yang lalu.
“ Tan, kapan kamu pergi ke USA? “ tanya Maulin saat mereka berdua pergi ke Taman untuk yang terakhir kalinya sebelum kepergian Titan,

“ Besok lusa. Jangan sedih dong Mey “ ucapnya.

“ Enggak kok! Semangat ya buat kamu “ dengan nada riang ia berusaha tersenyum agar Titan tidak mencemaskannya dan dapat membulatkan tekat Titan untuk pergi.

“ Iya. Jaga hatimu baik-baik ya Mey, aku akan segera pulang untuk menemuimu dan mungkin disana aku akan selalu kangen sama kamu. I love you. “ ucap Titan dari dalam hatinya.

“ I love you too. Aku juga pasti akan kangen sama kamu, tapi kita kan bisa komunikasi tiap hari Tan. Jadi jangan mikirin aku mulu ya, fokus sama belajarmu “ ucapan Maulin sebelum mereka berdua pulang dan Titan harus prepare untuk keberangkatannya.

            Gini Maulin harus membiasakan diri tanpa Titan disampingnya.  Ia juga mulai sibuk dengan kuliahnya dan ia harus memperdalam akutansi untuk lebih mudah menyusun makalahnya. Begitu sibuknya Maulin malam ini, ia harus menyelesaikannya secepat mungkin. Tetapi ia kepikiran untuk membuka emailnya, saat ia membuka, terdapat sebuah email dari Titan.

From      : M_Titankusuma@yahoo.co.id
To           : Maulinwijaya@yahoo.co.id
Subject   : Miss you

   Hai Mey Mey, I love you. I wanted to take my missed this and I will come up with a white rose. wait for me back in the side.
By Titan.

Maulin begitu senang setelah membaca email dari Titan, tetapi di hatinya yang paling dalam ada keraguan dan mulai lenyap kepercayaannya untuk Titan.  Ia lelah harus long distance relationship. Namun ia berusaha mempertahankannya karena Maulin masih sayang.
 
To          : M_Titankusuma@yahoo.co.id
From      : Maulinwijaya@yahoo.co.id
Subject   : Miss you too

   I love you too Titan. I’ll be waiting. Tetap fokuslah pada study mu disana dan cepatlah datang menemuiku.
                                                                                                    By Maulin

Kemudian ia mengarahkan kursor pada kata “ send“ dan klik. Setelah itu ia berbaring sambil memikirkan perkataan Titan di email. Semenjak itu Titan tak pernah memberinya kabar dan Maulin sering kali mengirim email tetapi al hasil, Titan tak pernah membalasnya. Sempat ia ragu, merasa ingin mengakhirinya. Tetapi Maulin tak ingin terjadi sebuah penyesalan. 

            Berhari-hari ia berfikir harus melanjutkan hubungan ini atau memilih untuk berakhir. Kuliahnya pun mulai tak konsen, ia hari ini benar-benar dilemma. Maulin pun memutuskan untuk pergi ke taman sekaligus melepas rindunya kepada Titan. Tanpa ia sadari Nadia menghampirinya dengan berlari-lari dan gesture yang panik.

“ Aulin! Lihat deh. Foto BBM nya Titan sama cewek nih! “ bilangnya dengan tergesa-gesa. Kemudian Maulin melihatnya dan seketika air matanya pun menetes dipipinya. Hatinya begitu sesak, mulutnya pun seperti terkunci. Ia tak tahu harus berbuat apa. Yang ada dalam pikirannya sekarang ia harus mengirim email kepada Titan. 

To           : M_Titankusuma@yahoo.co.id
From       : Maulinwijaya@yahoo.co.id
Subject    : :’)
 
   Tan, aku tahu hubungan yang kita lalui memang udah lama. Hari-hari bersamamu telah memberikan banyak kenangan dan aku pun dapat menemukan sebuah kenyamanan bersamamu yang tak pernah bisa ku dapat dari laki-laki lain. Perhatianmu, kesabaranmu, pengertianmu telah membuatku merasa kamu begitu berarti dalam hidupku. Apalagi saat anniversary kita di tahun ke dua. Kamu memberiku setangkai mawar putih yang kusuka dan di saat itu juga kita berjanji untuk merayakan yang ke tiga di tempat itu juga. Tetapi, aku merasa semua ini akan pupus. Aku tak dapat melanjutkan hubungan ini, jarak membuatku menghilangkan kepercayaanku terhadapmu. Aku pun lelah harus long distance relationship. Makasih atas kenangan-kenangan yang kamu berikan. Semua kebaikanmu tak akan pernah kulupakan.

                                                                                                   By Maulin

Itulah keputusan yang diambil Maulin. Mulai sekarang ia bukan lagi milik Titan. ia sadar, ia masih sayang dan cinta sama Titan. Namun semenjak Titan study di USA, komunikasi mereka berkurang dan kepercayaan Maulin mulai menghilang. Apalagi saat ia melihat foto Titan bersama cewek lain. Hatinya begitu teriris, seperti ada yang menghantamnya dengan dahsyat. Saat ini, air matanya pun membasahi wajahnya yang halus dan hatinya pun merasa semakin sesak, sakit yang tak dapat ia rasakan.

            Pagi hari ini ia ada kuliah pagi. Ia harus bersemangat dan jangan sampai ada air mata yang menetes lagi. ia berusaha tersenyum meski di hatinya yang paling dalam masih tergores luka.  
 “ Aulin, kemarin lo gak papa kan? “ tanya Nadia yang datang dari balik pintu gerbang. 

“ Enggak kok Nad “ jawabnya sambil berusaha tersenyum.

“ Terus hubungan lo sama Titan gimana?” tanyanya kembali.

“ Gue mutusin buat mengakhirinya Nad “  jawabnya dengan nada lirih.

“ Haaa!! Apa karena foto Titan sama cewek lain?” ucap Nadia dengan kagetnya.

Itu salah satunya. Titan juga gak pernah ngasih kabar ke gue Nad. Mungkin ini yang terbaik buat gue sama Titan “ ucapnya sambil berjalan menuju ruangan.

Nadia hanya bisa terdiam, dalam hatinya berharap semoga itu memang keputusan yang tepat yang diambil oleh teman dekatnya.    
  
            Tiga tahun berlalu, gini ia disibukkan dengan kegiatan kampus. Kali ini ia menjadi panitia dalam ospek tahunan. Ia harus mempersiapkan banyak hal. Maulin pun dua hari terakhir selalu berangkat pagi agar tidak terlambat ke kampus. Sehingga ia pun lupa dengan kenangan yang masih tertinggal bersama Titan dan sampai saat ini Titan pun tak memberinya kabar apakah ia setuju ataukah masih ingin mempertahankannya. Yang Maulin pikirkan Titan sudah punya pendamping baru yaitu foto Titan bersama cewek yang dijadikan foto BBMnya dan sampai saat ini Titan tak pernah menggantinya.

“ Aulin tunggu! “ sambil berlari kearah Maulin.

Kenapa sih Nad? “ tanyanya heran.

Dengan nafas tak beraturan, Nadia mencoba berbicara “ Lo lihat gak cowok yang duduk di bawah pohon itu? “ tanya Nadia.

Lihat “ jawabnya singkat.

“ Dia itu adiknya Titan. Auliiin “ mencoba memberitahu.

“ terus? “ ucapnya sambil menutupi keterkejutannya.

“ Tadi dia bilang sama gue. Kalo sebenarnya sampai saat ini Titan masih sayang sama lo. Tapi sekarang Titan gak tahu harus berbuat apa, karena lo udah mutusin dia. Dan cewek bule itu adalah sahabatnya Titan waktu pertama kali ia datang ke USA “ Nadia berusaha menjelaskan.

“ Lo serius Nad? “ tanya Maulin yang masih tak percaya.

“ iya Auliiin, lo kan juga bisa lihat kalo cowok itu mirip banget sama Titan “ ucapnya dengan nada lebih tinggi.

Maulin hanya terdiam dan mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu sampai sekarang ia belum bisa melupakan semua kebersamaannya dengan Titan. Apalagi kebaikanTitan yang selalu membayang-bayangi pikiran Maulin. Saat ini ia hanya bisa pasrah dan menyesal. Gini Ia sadar terlalu cepat membuat keputusan disaat pikirannya masih terguncang. Tetapi ia juga berfikir kembali, bukan seutuhnya salah Maulin karena selama ini Titan tak pernah memberinya kabar. Namun, ia berusaha mengikhlaskannya karena itu telah menjadi keputusannya dan tak mungkin ia bilang terlebih dahulu bahwa ia masing sayang dan cinta sama Titan dan memintanya kembali. Maulin sangat gengsi untuk mengatakannya, ia merasa jika ia yang mengatakannya terlebih dahulu harga dirinya sebagai seorang wanita akan terinjak. 

            Maulin hanya berharap semoga ada keajaiban datang menghampirinya. Meskipun saat ini ia benar-benar menyesal. Tetapi ia berusaha untuk tenang dan menguatkan dirinya karena ia percaya bahwa jodoh pasti bertemu dengan seiringnya waktu berjalan dan ia yakin, bila Titan yang terbaik untuknya pasti akan dipertemukan.